Minggu, 28 April 2013
BAB VII PELAPORAN KEUANGAN DAN PERUBAHAN HARGA
Definisi Perubahan Harga
Untuk
memahami makna istilah perubahan harga (changing
prices), harus dibedakan antara pergerakan harga umum dan pergerakan harga
spesifik, yang keduanya
masuk dalam istilah perubahan harga itu.
a. Perubahan harga umum
Suatu
perubahan harga umum terjadi apabila secara rata-rata harga seluruh barang dan
jasa dalam suatu perekonomian mengalami perubahan. Unit-unit moneter memperoleh
keuntungan atau mengalami kerugian daya beli. Kenaikan harga secara keseluruhan
disebut inflasi (inflation), sedangkan penurunan harga disebut deflasi
(deflation).
b. Perubahan harga spesifik
Perubahan
harga spesifik mengacu pada perubahan dalam harga barang atau jasa tertentu
yang disebabkan oleh perubahan dalam permintaan dan penawaran. Jadi laju
inflasi per tahun dalam
suatu
negara mungkin berkisar sekitar 5%, sementara harga satu unit apartemen dengan
satu
kamar
tidur mungkin meningkat sebesar 50% selama periode yang sama.
1.
Mengapa Laporan Keuangan Memiliki
Potensi Untuk Menyesatkan Selama Periode
Perubahan
Harga?
Selama
periode inflasi, nilai aktiva yang tercatat sebesar biaya akuisisi awalnya
jarang mencerminkan nilai terkininya (yang lebih tinggi). Nilai aktiva yang
dinyatakan lebih rendah menghasilkan beban yang dinilai lebih rendah dan laba
yang dinilai lebih tinggi
·
Dari
sudut pandang manajerial, pengukuran yang tidak akurat dapat menimbulkan
penyimpangan sebagai berikut:
1) Proyeksi
keuangan berdasarkan data rangkaian waktu historis yang belum disesuaikan,
2) Anggaran
yang menjadi dasar pengukuran, dan
3) Data
kinerja yang gagal menahan pengaruh inflasi yang tidak terkendali.
·
Pendapatan
yang dibesarkan dapat menimbulkan sebagai berikut:
1) Kenaikan
pajak yang sebanding,
2)
Permintaan deviden yang lebih banyak dari pemegang saham,
3) Tuntutan
kenaikan gaji karyawan, dan
4) Kebijakan
yang merugikan dari pemerintah tuan rumah (misalkan pajak yang dibebankan atas
kelebihan laba)
Dan
jika perusahaan telah mendistribusikan labanya maka besar kemungkinan
perusahaan tidak dapat melakukan penggantian aktiva tertentu yang mengalami
kenaikan harga karena kekurangan sumber daya.
Penyajian
laporan keuangan yang tidak disesuaikan dengan kemampuan daya beli ini juga
akan mempengaruhi pembaca laporan dalam menginterprestasikan dan membandingkan
kinerja oprerasi perusahaan. Jika pendapatan dicatat sesuai dengan nilai daya
beli kini sedangkan biaya dicatat sebesar daya beli historis akan membuat
pengukuran laba yang tidak akurat. Prosedur akuntansi yang konvensional juga
mengabaikan keuntungan dan kerugian daya beli yang timbul dari kepemilikan kas
(atau ekuivalennya) selama periode inflasi.
·
Alasan-alasan
untuk mengakui pengaruh inflasi secara eksplisit, sebagai berikut:
1) Pengaruh
perubahan harga bergantung secara parsial kepada transaksi dan kondisi
perusahaan.
2)
Penanganan masalah uang diakibatkan oleh perubahan harga bergantung kepada
pemahaman yang akurat terhadap masalah tersebut.
3)
Pernyataan manajer mengenai masalah yang diakibatkan oleh perubahan harga lebih
dapat dipercaya jika perusahaan mengeluarkan informasi keuangan yang
membahasa masalah tersebut.
2.Mengetahui Istilah-Istilah Akuntansi Inflasi dan Memahami PengaruhPenyesuaian Harga Terhadap Laporan Keuangan
a.
Atribut.
Karakteristik
kuantitatif suatu pos yang diukur untuk keperluan akutansi. Contoh:
biaya histories atau biaya penggantian merupaka atribut suatu aktiva
b. Penyesuaian
biaya kini.
Nilai
penyesuaian aktiva untuk perubahan dalam harga tertentu
c. Kekayaan
yang dapat dihapuskan.
Jumlah
aktiva bersih suatu perusahaan yang dapat ditarik tanpa mengurangi besar
awalnya aktiva bersih
d. Mekanisme
Penyesuaian.
Manfaat
berupa keuntungan daya beli pemegang saham yang berasal dari pendanaan utang
dan pertanda bahwa perusahaan tidak perlu mengakui tambahan biaya pengganti
atas aktiva operasi sehubungan dengan aktiva tersebut didanai melalui utang
e. Ekuivalen
Daya Beli Umum.
Jumlah
mata uang yang telah disesuaikan terhadap perubahan dalam tingkat harga umum
f. Keuntungan kepemilikan suatu investasi.
Kenaikan nilai biaya kini suatu aktiva
nonmoneter
g. Hiperinflasi
Laju inflasi yang sangat besar terjadi pada saat tingkat
harga umum dalam suatu perekonomian meningkat sebesar lebih dari
25% pertahun
h. Inflasi.
Kenaikan dalam tingkat harga umum seluruh barang dan jasa
dalam suatu perekonomian
i. Aktiva moneter.
Klaim terhadap jumlah mata uang yang tetap dimasa depan
seperti kas atau piutang usaha
j. Keuntungan Moneter. Kenaikan dalam daya beli secara umum
yang terjadi karena terdapatnya kewajiban moneter selama periode inflasi
k. Kewajiban moneter.
Suatu kewajiban untuk membayar jumlah mata uang yang
tetap dimasa depan seperti utang usaha atau uang dengan suku bunga yang tetap
l. Kerugian Moneter.
Penurunan dalam daya beli secara umum yang terjadi karena
terdapatnya kativa moneter selama periode inflasi
m. Penyesuian Modal Kerja Moneter.
Pengaruh perubahan harga khusus terhadap
seluruh jumlah modal kerja yang digunakan oleh sutu usaha dalam menjalankan
operasinya
n. Jumlah Nominal.
Jumlah mata uang yang belum disesuaikan dengan
perubahan harga
o. Aktiva Nonmoneter.
Aktiva yang tidak menunjukkan adanya klaim tetap terhadap
kas seperti persediaan, aktiva tetap, dan peralatan
p. Kewajiban Nonmoneter.
Suatu utang yang tidak mengharuskan pembayaran jumlah kas
yang tetap dimasa depan, seperti uang muka pelanggan
q. Penyesuian Paritas.
Suatu penyesuian yang mencerminkan perbedaan antara
inflasi di Negara induk perusahaan dan Negara tuan rumah
r. Aktiva permanent.
Istilah di Brasil untuk aktiva tetap, gedung, investsai,
beban tangguhan, dan depresiasi terkait serta jumlah deplesi
atau amortisasi
s. Indeks Harga.
Suatu rasio biaya dimana pembilang/numeratornya adalah
biaya dari suatu keranjang barang dan jasa yang representatif dalam tahun
berjalan, sedangkan penyebutnya adalah biaya dari keranjang barang dan jasa
yang sama pada tahun dasar
t. Daya Beli.
Kemampuan umum dari suatu unit moneter untuk memeperoleh
barang dan jasa
u. Laba Riil.
Laba bersih yang telah disesuaikan untuk perubahan harga
v. Biaya penggantian.
Biaya kini untuk mengganti potensi jasa suatu aktiva
dalam keadaan normal usaha
w. Mata uang pelaporan.
Mata uang yang digunakan suatu perusahaan dalam menyusun
laporan keuangan
x. Metode
nyatakan kembali-translasikan.
Digunakan
pada saat suatu induk perusahaan mengkonsolidasikan akun-akun anak
perusahaan luar negeri yang berlokasi disebuah lingkungan berinflasi
y. Perubahan
Harga Khusus.
Perubahan
dalam harga untuk komoditas khusus seperti persediaan atau peralatan
z. Metode
translasikan-nyatakan kembali.
Suatu
metode konsolidasi pertama-tama dengan mentranlasikan akun-akun laporan
keuangan anak perusahaan luar negeri kedalam mata uang induk perusahaan dan
kemudian dinyatakan kembali jumlah yang ditanslasikan terhadap inflasi induk
perusahaan
3.Menentukan Perbedaan Model Akuntansi Biaya Terkini danKonvensional
Secara
umum, dalam akuntansi konvensional, laporan keuangan disajikan berdasarkan
nilai historis yang mengasumsikan bahwa hargaharga (unit moneter) adalah
stabil. Akuntansi konvensional tidak mengakui adanya perubahan tingkat harga
umum maupun perubahan tingkat harga khusus. Sebagai konsekuensinya, jika
terjadi perubahan daya beli seperti pada periode inflasi, maka laporan keuangan
historis secara ekonomis tidaklah relevan. Pada periode ini pendapatan umumnya
dinilai lebih tinggi sedangkan aktiva tetap dinilai lebih rendah. Sebenarnya,
terdapat beberapa metode akuntansi mengenai pengaruh perubahan harga, antara
lain akuntansi harga tetap, akuntansi nilai sekarang, dan akuntansi tingkat
harga umum. Akuntansi tingkat harga umum akan mengadakan restatement komponen-komponen
laporan keuangan ke dalam rupiah pada tingkat daya beli yang sama, namun sama
sekali tidak mengubah prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan dalam akuntansi
berdasarkan nilai historis.Pada prakteknya, kontroversi yang menyangkut
relevansi penggunaan akuntansi tingkat harga umum masih berlanjut hingga saat
ini. Beberapa argumentasi yang mendukung maupun menolak penerapan akuntansi
tingkat harga umum akan disajikan dalam artikel ini. Demikian juga hasil dari
dua penelitian mengenai pengaruh penerapan akuntansi tingkat harga umum
terhadap laporan keuangan akan diperbandingkan guna melihat apakah penyesuaian
berdasarkan akuntansi tingkat harga umum memang diperlukan.
4.
Menjelaskan Perbedaan Akuntansi Inflasi di AS, Inggris, dan Brasil
1. AMERIKA SERIKAT
Pada tahun 1979, FASB mengeluarkan Pernyataan
Standar Akutansi Keuangan No 33 berjudul Pelaporan Keuangan dan
Perubahan harga, pernyataan ini mengharuskan perusahaan-perusahaan AS
mencoba melakukan pengungkapan daya beli konstan biaya histories dan daya beli
konstan kini.
Perusahan pelapor didorong untuk mengungkapkan informasi
berikut untuk masing-masing dari 5 tahun terakhir :
1. Penjualan bersih dan pendapatan opersai lainnya
2. Laba dari operasi yang berjalan berdasarkan dasar biaya
kini
3. Keuntungan
atau kerugian daya beli (moneter) atas pos-pos moneter bersih
4. Kenaikan
atau penurunan dalam biaya kini atau jumlah yang dapat dipulihkan (yaitu jumlah
kas bersih yang diperkirakan akan dapat dipulihkan melalui penggunaan atau
penjualan) yang lebih rendah dari persediaan atau aktiva tetap, bersih dari
inflasi (perubahan tingkat harga umum)
5. Setiap
agregat penyesuaian translasi mata uang aing, berdasrkan biaya kini, yang
timbul dari proses konsolidasi
6. Aktiva
bersih pada akhir tahun menurut dasar biaya kini
7. Laba
persaham (dari opersai berjalan) menurut dasar biaya kini
8. Deviden
persaham biasa
9. Harga pasar akhir tahun perlembar saham biasa
10. Tingkat Indeks Harga Konsumen yang digunakan untuk
mengukur laba dari operasi berjalan
2. INGGRIS
Laporan
biaya kini di Inggris mewajibkanbaik laporan laba rugi dan neraca
biaya kini, beserta catatan penjelasan. Standar di Inggris memeperbolehkan 3
pilihan pelaporan :
1. Menyajikan
akun-akun biaya kini sebagai laporan keuangan dasar dengan akun-akun pelengkap
biaya historis
2. Menyajikan
akun-akun biaya histories sebagai laporan keuangan dasar dengan akun-akun
pelengkap biaya kini
3. Menyajikan
akun-akun biaya kini sebagai sati-satunya akun yang dilengkapi dengan informasi
biaya historis yang memadai
3. BRASIL
Akutansi inflasi yang direkomen dasikan di
Brasil hari ini mencerminkan 2 kelompok pilihan pelaporan, hokum perusahan
Brasil dan Komisi Pengawas Pasar Modal Brasil. Pneyesuaian inflasi yang sesuai
dengan hokum perusahaan menyajikan ulang akun-akun aktiva permanent dan ekuitas
pemegang saham dengan menggunakan indeks harga yang diakui oleh Pemerintah
Federal untuk mengukur devaluasi mata uang local. Aktiva permanent meliputi
aktiva tetap, gedung, investsai, beban tangguhan dan depresiasi terkait, serta
kaun-akun amortisasi atau deplesi (termasuk setiap provisi kerugian yang
terkait). Akun-akun ekuitas pemegang saham terdiri dari modal, cadangan
pendapatan, cadangan revaluasi, laba ditahan, dan akun
cadangan modal yang digunakan untuk mencatat penyesuaian tingkat
harga terhadap modal.
5.
Memahami Pelaporan Keuangan Dalam Perekonomian Hiperinflasi
ED
PSAK 63: Pelaporan Keuangan dalam Ekonomi Hiperinflasi merupakan adopsi dari
IAS 29 Financial Reporting in Hyperinflationary Economies. IAS 29 ini berkaitan
dengan penyajian kembali laporan keuangan ketika terjadi ekonomi hiperinflasi
dalam mata uang pelaporan entitas. Dalam kondisi semacam ini, laporan keuangan
entitas disajikan dalam unit pengukuran kini pada akhir periode pelaporan.
Selain itu, pos-pos terkait di periode sebelumnya disajikan dalam unit
pengukuran kini pada akhir periode pelaporan, dan laba rugi atau posisi moneter
neto diakui dalam laporan laba rugi dan diungkapkan terpisah.
6.
Mengetahui Apakah Dolar Konstan atau Biaya Kini Lebih Baik Untuk Mengukur
Pengaruh Inflasi.
Terdapat
empat isu akuntansi inflasi yang cukup mengganggu. Ke-empat isu itu adalah:
1.
apakah dolar konstan atau biaya kini yang lebih baik mengukur pengaruh inflasi,
2.
perlakuan akuntansi terhadap keuntungan dan kerugian inflasi,
3.
akuntasi inflasi luar negeri,
4.
menghindari fenomena kejatuhan ganda.
Keuntungan
dan Kerugian Inflasi :
Perlakuan
keuntungan dan kerugian pos-pos moneter (yaitu kas,piutang,dan utang) tergolong
kontroversial. Keuntungan dan kerugian pos-pos moneter di Amerika Serikat
ditentukan dengan menyajikan ulang dalam dolar konstan,saldo awal dan akhir,serta
transakasi dalam,seluruh aktiva dan kewajiban moneter (termasuk utang jangka
panjang). Angka yang dihasilkan diungkapkan sebagai pos terpisah. Perlakuan ini
memandang keuntungan dan kerugian pos-pos moneter sebagai hal yang berbeda dari
jenis pendapatan yang lain.
Di
Inggris keuntungan dan kerugian pos-pos moneter dipisahkan menjadi modal kerja
moneter dan mekanisme penyesuaian. Kedua angka tersebut ditentukan melalui
perubahan harga khusus (dan bukan umum). Mekanisme penyesuaian mengindikasikan
manfaat (atau biaya) kepada para pemegang saham yang berasal dari pembiayaan
utama selama suatu periode perubahan harga. Angka-angka ini ditambahkan atas
(dikurangi dari) laba operasi biaya kini untuk menghasilkan ukuran kemakmuran
yang dapat dihapuskan, yang disebut sebagai “Laba Biaya Kini Teratribusi Kepada
Pemegang Saham”.
Pendekatan
di Brasil yang tidak lagi diwajibkan, tidak menyesuaikan aktiva dan kewajiban
kini secara eksplisit, karena jumlah-jumlah ini dinyatakan dalam hal nilai yang
dapat direalisasi. Namun demikian, penyesuaian dari penyajian bersih aktiva
permanen dan ekuitas pemilik yang disesuaikan dengan tingkat harga menunjukkan
keuntungan atau kerugian daya beli umum atas pendanaan modal kerja yang berasal
dari utang atau kewajiban. Penyesuaian aktiva permanen yang melebihi
penyesuaian ekuitas menunjukan adanya bagian dari aktiva permanen yang didanai
oleh utang, sehingga menimbulkan keuntungan daya beli. Sebaliknya, penyesuaian
ekuitas yang lebih besar dari penyesuaian aktiva permanen menunjukan adanya
sebagian modal kerja yang didanai oleh ekuitas. Kerugian daya beli diakui untuk
bagian ini selama periode inflasi.
SSAP
16 memiliki keunggulan dalam mengatasi pengaruh inflasi. Sejalan dengan
persediaan dan aktiva tetapnya, suatu perusahaan perlu meningkatkan modal kerja
dalam nilai nominal bersih untuk mempertahankan kemampuan operasinya dengan
harga yang semakin meningkat. Perusahaan juga akan mendapatkan manfaat dari
penggunaan utang selama masa inflasi. Tujuan akuntansi inflasi adalah untuk mengukur
kinerja suatu perusahaan dan memungkinkan setiap orang yang tertarik untuk
mengukur jumlah, waktu, dan kemungkinan arus kas masa depan.
Suatu
perusahaan dapat mengukur penguasaannya terhadap barang dan jasa tertentu
dengan menggunakan indeks untuk mengukur keuntungan dan kerugian moneter.
Karena tidak seluruh perusahaan dapat menyusun indeks harga beli yang khusus
untuk perusahaan itu,pendekatan di Inggris merupakan alternatif praktis yang
baik. Ketimbang mengungkapkan mekanisme penyesuaian (atau sejenisnya),kami
lebih suka untuk memperlakukannya sebagai pengurangan dari penyesuaian biaya
kini untuk depresiasi, harga pokok penjualan dan modal kerja moneter.
Pembebanan biaya kini dari penyajian ulang laba biaya historis selama masa
inflasi akan terhapuskan dengan pengurangan beban jasa utang yang digunakan
untuk mendanai pos-pos operasi tersebut.
Keuntungan
dan Kerugian Kepemilikan :
Akuntansi
untuk biaya kini membagi total laba menjadi 2 bagian :
1.
laba operasi (perbedaan antara pendapatan kini dan biaya kini sumber daya yang
dikonsumsi)
2.
keuntungan yang belum direalisasi yang timbul dari kepemilikan aktiva non
moneter dengan nilai pengganti yang meningkat bersamaan dengan inflasi.
Meskipun pengukuran keuntungan kepemilikan dilakukan secara langsung, perlakuan
akuntansinya tidaklah demikian.
Kenaikan
dalam biaya penggantian aktiva operasi (yaitu proyeksi arus kas keluar yang
lebih tinggi untuk mengganti peralatan) bukanlah suatu keuntungan, baik itu
direalisasi atau tidak. Apabila laba berbasis biaya kini mengukur perkiraan
kekayaan perusahaan yang dapat digunakan, maka perubahan biaya kini persediaan,
aktiva tetap dan aktiva operasi lainnya merupakan revaluasi ekuitas pemilik,
yang adalah bagian dari laba yang harus disimpan oleh perusahaan untuk mempertahankan
modal fisiknya (kapasitas produktifnya). Aktiva yang dimiliki untuk spekulasi,
seperti lahan kosong atau surat berharga yang dapat dipasarkan, tidak perlu
diganti untuk mempertahankan kapasitas produktif. Dengan demikian, jika
penyesuaian biaya kini mencakup pos-pos ini, kenaikan atau penurunan ekuivalen
biaya (nilai) kininya (hingga sebesar nilai yang dapat direalisasikan) harus
dinyatakan langsung dalam laba.
7.
Definisi Penurunana Ganda (double dip) dan Cara Penanganannya
Pada
saat me-restate perkiraan-perkiraan luar negeri untuk memperhitungkan inflasi
luar negeri, kehati-hatian harus dijaga untuk mencegah fenomena “double-dip”.
Masalah ini timbul dari fakta bahwa inflasi lokal memberi dampak langsung pada
kurs yang digunakan dalam proses translasi. Walaupun ahli ekonomi umumnya
mengasumsikan suatu hubungan terbalik antara laju inflasi internal suatu negara
dengan nilai eksternal valutanya., bukti-bukti memperlihatkan bahwa hubungan
seperti ini jarang terjadi, paling tidak dalam jangka pendek. Oleh karenanya,
besarnya penyesuaian yang dilakukan untuk menghilangkan fenomena
perhitungan-ganda akan bervariasi tergantung pada kadar korelasi negatif antara
kurs dengan perbedan inflasi.
Penyesuaian
inflasi terhadap harga pokok penjualan dan beban depresiasi dirancang untuk
menentukan laba, seperti dilaporkan agar tidak terjadi overstatement laba.
Meskipun begitu akibat hubungan negatif antara inflasi lokal dan nilai valuta,
perubahan kurs antara laporan keuangan saru dengan laporan keuangan yang lain
yang berurutan , yang umumnya diakibatkan oleh inflasi (paling tidak selama
satu periode tertentu), akan menyebabkan perusahaan merefleksikan paling tidak
sebagian dampak inflasi (yaitu, penyesuaian-penyesuaian ganda, kerugian
translasi yang telah tercermin dalam laba seperti dilaporkan sebuah perusahaan
harus diperhitungkan sebagai bagian dari penyesuaian inflasi.
Penyesuaian
di atas relevan untuk perusahaan-perusahaan multinasional yang berbasis di AS,
yang telah mengadopsi dolar sebagai valuta fungsional operasi luar negeri
berdasarkan FAS No. 52 dan yang mentranslasikan persediaan dengan menggunakan
kurs berjalan. Penyesuaian tersebut sangat berhubungan erat dengan
perusahaan-perusahaan multinasional Eropa, jika kita melihat metode-metode
translasi valuta yang dewasa ini mereka paki. Dalam sebuah survey mengenai
praktik-praktik translasi valuta asing di Denmark, Jerman, Belanda, Swedia,
Swiss, dan Inggris, perusahaan-perusahaan disana mendemonstrasikan kecendrungan
ke arah penggunaan metode translasi kurs berjalan. Walaupun banyak perusahaan
melaporkan keuntungan dan kerugian translasi valuta dalam cadangan neraca,
sejumlah besar perushaan, terutama di Jerman, Belanda, dan Swedia mencerminkan
keuntungan dan kerugian semacam itu langsung di dalam laba berjalan. Tanpa
adanya penyesuaian untuk menghindari perhitungan ganda yang telah di singgung
sebelumnya., perusahaan-perusahaan semcam itu bisa berakhir dengan laba yang
terlalu rendah atau terlalu tinggi, karena inflasi luar negeri dihitung dua
kali.
Sumber
: Choi, Frederick D. S. dan Gary K.
Meek. International Accounting. Buku 2 Edisi 6. 2010: Salemba
Empat.
Choi, Frederick
D.S and Gary K. Meek. 2010. International Accounting. Buku 1. Salemba Empat.
Jakarta.
Sabtu, 13 April 2013
BAB VI
TRANSLASI MATA UANG ASING
1. Perbedaan
translasi dan konversi antar mata uang asing
Translasi mata uang
asing adalah
Proses penyajian ulang informasi keuangan dari satu mata uang ke mata uang
lainnya. Sedangkan konversi antar mata uang asing adalah pertukaran dari satu
mata uang ke mata uang lain secara fisik.
Perbedaannya
adalah, Translasi hanyalah perubahan satuan unit moneter, misalnya pada sebuah
necara yang dinyatakan dalam pound Inggris disajikan ulang ke dalam nilai
ekuivalen dolar AS. Tidak ada pertukaran fisik yang terjadi, dan tidak ada
transaksi terkait yang terjadi. Sedangkan konversi, memungkinkan adanya
pertukaran fisik yang terjadi dan ada transaksi terkait yang terjadi.
2. Istilah
dalam translasi mata uang asing
1.
Konversi, merupakan pertukaran suatu mata uang ke dalam mata uang lain.
2.
Kurs kini, merupakan nilai tukar yang berlaku pada tanggal laporang
keuangan yang relevan.
3.
Posisi aktiva bersih yang beresiko, merupakan kelebihan
aktiva yang diukur dalam atau berdenominasi dalam mata uang asing dan di
translasikan dengan menggunakan kurs kini dari kewajiban yang diukur atau
berdenominasi dalam mata uang asing dan ditranslasikan dengan menggunakan kurs
kini.
4.
Kontrak pertukaran forward,merupakan suatu
perjanjian untuk mempertukarkan mata uang dari Negara yang berbeda dengan
menggunakan kurs tertentu (kurs forward) pada tanggal tertentu di masa depan.
5.
Mata uang fungsional, merupakan mata uang utama yang digunakan
oleh suatu perusahaan dalam menjalankan kegiatan usaha. Biasanya mata uang
tersebut adalah mata uang Negara dimana perusahaan itu berlokasi.
6.
Kurs histories, merupakan kurs nilai mata uang asing yang
digunakan pada saat suatu aktiva atau kewajiban dalam mata uang asing dibeli
atau terjadi.
7.
Mata uang pelaporan, merupakan mata uang yang digunakan
perusahaan dalam menyusun laporan keuangan.
8.
Kurs spot, merupakan nilai tukar untuk pertukaran mata uang dalam waktu
segera.
9.
Penyesuaian translasi, merupakan penyesuaian yang timbul dari
proses translasi laporan keuangan dari mata uang fungsional suatu perusahaan
menjadi mata uang pelaporannya.
Daftar istilah translasi mata uang asing yang diadaptasi dari PSAK (SFAS)
no.52, 1981.
1.
Atribut, karakteristik kuantitatif suatu pos yang diukur untuk
keperluan akuntansi. Contoh, biaya histories dan biaya penggantian yang
merupakan atribut suatu aktiva.
2.
Konversi, pertukatan suatu mata uang ke dalam mata uang lain.
3.
Kurs kini, nilai tukar yang berlaku pada tanggal laporan keuangan yang
relevan.
4.
Diskonto, ketika tingkat pertukaran yang berikutnya lebih rendah
daripada tingkat yang berlaku sekarang.
5.
Posisi aktiva bersih yang beresiko, kelebihan aktiva
yang diukur dalam atau berdenominasi dalam mata uang asing dan ditranslasikan
dengan menggunakan kurs kini dari kewajiban yang diukur atau berdenominasi
dalam mata uang asing dan ditranslasikan dengan menggunakan kurs kini.
6.
Mata uang asing, suatu mata uang selain mata uang yang
digunakan oleh suatu Negara, mata uang selain mata uang pelaporan yang
digunakan oleh perusahaan.
7.
Laporan keuangan dalam mata uang asing, laporan keuangan
yang menggunakan mata uang asing sebagai unit pengukuran.
8.
Transaksi mata uang asing, transaksi (yaitu penjualan atau pembelian
barang atau jasa, atau utang pinjaman atau piutang usaha) dengan syarat-syarat
yang dinyatakan dalam mata uang selain mata uang fungsional perusahaan.
9.
Translasi mata uang asing, proses untuk menyatakan jumlah-jumlah yang
berdenominasi atau diukur dalam suatu mata uang ke dalam mata uang yang lain
dengan menggunakan kurs nilai tukar diantara dua mata uang tersebut.
10. Operasi luar negri, suatu operasi yang
menghasilkan laporan keuangan yang (1) dikombinasikan atau dikonsolidasikan
atau diperhitungkan berdasarkan metode ekuitas dalam laporan keuangan
perusahaan pelapor dan (2) disusun dalam mata uang asing selain mata uang
pelaporan perusahaan pelapor.
11. Kontak
pertukaran forward, suatu perjanjian untuk mempertukarkan mata
uang dari Negara yang berbeda dengan menggunakan kurs tertentu (kurs forward)
pada tanggal tertentu di masa depan.
12. Mata uang fungsional, mata uang utama
yanga digunakan oleh suatau perusahaan dalam menjalankan kegiatan usaha, dan
dalam menghasilkan atau menggunakan kasnya.
13. Kurs histories, kurs nilai tukar
mata uang asing yang digunakan pada saat suatu aktiva atau kewajiban dalam mata
uang asing dibeli atau terjadi.
14. Mata uang local, mata uang suatu
Negara tertentu yang digunakan; mata uang pelaporan yang digunakan oleh suatu
operasi domestic atau luar negeri.
15. Pos-pos moneter, kewajiban untuk
membayar atau hak untuk menerima sejumlah unit mata uang dalam nilai yang tetap
di masa depan.
16. Mata uang pelaporan, mata uang yang
digunakan perusahaan dalam menyusun laporan keuangan.
17. Tanggal penyelesaian, tanggal saat suatu
utang dibayarkan oleh suatu piutang tertagih.
18. Kurs spot, nilai tukar untuk pertukaran
mata uang dalam waktu segera.
19. Tanggal transaksi, tanggal saat suatu
transaksi dicatat dalam catatan akuntansi perusahaan pelapor.
20. Penyesuaian translasi, penyesuaian yang
timbul dari proses translasi laporan keuangan dari mata uang fungsional suatu
perusahaan menjadi mata uang pelaporannya.
21. Unit pengukuran, mata uang yang
digunakan untuk mengukur aktiva, kewajiban, pendapatan dan beban.
3. Perbedaan keuntungan dan
kerugian translasi mata uang asing
Jika sudut pandang
mata uang local yang digunakan ( sudut pandang perusahaan local), masuknya
penyesuaian translasi dalam laba berjalan tidak perlu dilakukan. Memasukkan
keuntungan dan kerugian translasi dalam laba akan mendistorsikan hubungan
keuangan yang asli dan dapat menyesatkan para pengguna informasi tersebut.
Keuntungan atau kerugian translasi harus diperlakukan dari sudut pandang mata
uang local sebagai penyesuaian terhadap ekuitas pemilik.
Jika mata uang
pelaporan induk perusahaan merupakan unit pengukuran laporan keuangan yang
ditranslasikan ( sudut pandang induk perusahaan ), sangat disarankan untuk
mengakui keuntungan atau kerugian translasi laba sesegera mungkin. Sudut
pandang induk perusahaan melihat anak perusahaan luar negeri sebagai perluasan
dari induk perusahaannya. Keuntungan dan kerugian translasi mencerminkan
kenaikan atau penurunan ekuitas investasi asing dalam mata uang domestic dan
harus diakui.
4. Keuntungan dan kerugian translasi
mata uang asing
1.
Penagguhan
Perubahan
nilai ekuivalen mata uang domestic dari aktiva bersih anak perusahaan luar
negeri tidak direalisasikan dan tidak berpengaruh terhadap arus kas mata uang
local yang dihasilkan dari entitas asing. Penyesuaian translasi harus
diakumulasikan secara terpisah sebagai bagian dari ekuitas konsolidasi.
2.
Pengangguhan dan Amortisasi
Penangguhan
keuntungan atau kerugian translasi dan melakukan amortisasi penyesuaian ini
selama masa manfaat pos-pos neraca terkait, terutama yang terkait dengan utang
akan ditangguha=kandan diamortisasi selama umur aktiva tetap terkait, yaitu
dibebankan terhadap laba dengan cara yang sama dengan beban depresiasi atau
ditangguhkan dan diamortisasi selama sisa masa pinjaman sebagai penyesuaian
terhadap beban bunga.
3.
Penangguhan parsial
Keuntungan
dan kerugian translasi adalah dengan mengakui kerugian sesegera mungkin setelah
terjadi, tetapi mengakui keuntungan hanya setelah direalisasikan, hal ini
semata-mata hanya karena merupakan keuntungan, tetap mengabaikan terjadinya
perubahan kurs.
4.
Tidak ditangguhkan
Mengakui
keuntungan dan kerugian translasi dalam laporan laba rugi sesegera mungkin.
Namun, memasukkan keuntungan dan kerugian translasi dalam laba tahun berjalan
akan memperkenalkan elemen acak ke dalam laba sehingga dapat menghasilkan
fluktuasi laba yang sangat signifikan apabila terjadi perubahan kurs nilai
tukar.
Keuntungan
dan kerugian translasi ini mencerminkan kenaikan atau penurunan ekuitas
investasi dalam mata uang domestic dan harus diakui.
5. Pengaruh
Metode translasi mata uang asing terhadap Laporan Keuangan
Walaupun
sebagian besar isu teknis dalam akuntansi cenderung terpecahkan dengan
sendirinya sejalan dengan berlalunya waktu, translasi valuta asing terrnyata
merupakan suatu pengecualian. Bahwa tren ini akan terus berlanjut didukung oleh
perkembangan-perkembangan seperti runtuhnya dominasi mata uang dolar,
pergerakan nilai mata uang yang disetujui oleh pemerintah, dan globalisasi
pasar-pasar modal dunia, yang telah meningkatkan pentingnya pelaporan dan
pengungkapan keuangan. Perkembangan-perkembangan seperti ini telah berperan
besar meningkatkan ketertarikan eksekutif-eksekutif keuangan, akuntan, dan
komunitas keuangan pada pentingnya dan konsekuensi-konsekuensi ekonomi dari
translasi valuta asing. Mari kita lihat hakekat dan perkembangan dari teki-teki
akuntansi intemasional ini.
Single Rate Method
Berdasarkan
pendekatan translasi ini, laporan keuangan operasi luar negeri, yang dianggap
oleh perusahaan induk sebagai entitas yang otonom, memiliki domisili pelaporan
mereka sendiri. Ini adalah lingkungan akuntansi lokal tempat dimana perusahaan
afiliasi asing tersebut mentraksaksikan urusan bisnisnya. Untuk mempertahankan
“rasa” lokal dari laporan valuta, suatu cara harus ditemukan agar translasi
bisa dilaksanakan dengan distorsi yang minimal. Cara yang paling baik adalah
penggunaan metode kurs berlaku.
Karena
semua laporan keuangan valuta asing sebenarnya dikalikan dengan suatu
konstansta, metode translasi ini mempertahankan hasil keuangan dan hubungan
asli (misalnya. rasio-rasio keuangan) dalam laporan konsolidasi dari
entitas-entitas individual yang dikonsolidasi. Hanya bentuk perkiraan-perkiraan
luar negeri, bukan hakekatnya, yang berubah dalam metode kurs berlaku.
Meskipun
menarik dan sederhana secara konseptual, metode kurs berlaku dipersalahkan oleh
sebagian orang karena merusak tujuan dasar dari laporan keuangan konsolidasi,
yaitu karena menyajikan, untuk keuntungan pemegang saham perusahaan induk,
hasil-hasil operasi dan posisi keuangan perusahaan induk dan
perusahaan-perusahaan anaknya dari perspektif valuta tunggal yaitu. mempertahankan
valuta pelaporan perusahaan induk sebagai unit pengukuran. Dalam metode kurs
berlaku, hasil-hasil konsolidasi akan mencerminkan perspekfif-perspektif valuta
dari masing-masing negara tempat dimana perusahaan-perusahaan anak berada.
Misalnya, jika sebuah aktiva dip=roleh sebuah perusahaan anak di luar negeri
seharga VA 1,000 ketika kursnya adalah VA 1=$1, maka biaya historisnya dari
perspektif dolar adalah $1.000; dari perspektif valuta lokal juga $1,000. Jika
kurs berubah menjadi VA 5 = $1, biaya historis aset tersebut dari perspektif
dolar (translas’ biaya historis) tetap $1,000. Jika valuta lokal tetap
dipertahankan sebagai unit pengukuran, nifai aset akan diekspresikan sebesar
$200 (translasi kurs berlaku).
Metode
kurs berlaku juga dipersalahkan karena mengasumsikan bahwa semua aktiva-valuta
lokal dipengaruhi oleh risiko nilai tukar (yaitu, mengasumsikan bahwa fluktuasi
valuta domestik yang ekivalen, yang disebabkan oleh fluktuasi kurs translasi
berjalan, merupakan indikator perubahan nilai intrinsik aktiva-aktiva
tersebut). Hat ini jarang benar karena nilai persediaan dan aktiva-aktiva tetap
di luar negeri umumnya didukung oleh inflasi lokal.
Multiple Rate Methods
Metode-metode
kurs berganda mengkombinasikan nilai tukar berjalan dan historis dalam proses
translasi. 3 metode semacam itu akan dibahas berikut ini.
Metode
berlaku-historis. Berdasarkan pendekatan berlaku-historis, yang populer di AS
dan ditempat-tempat lain sebelum tahun 1976, aktiva lancar dan kewajiban lancar
sebuah perusahaan anak di luar negeri ditranslasikan kedalam valuta pelaporan
perusahaan induknya dengan menggunakan kurs berlaku. Aktiva dan kewajiban
non-lancar ditranslasikan dengan kurs historis.
Item-item
laporan laba-rugi, kecuali beban depresiasi dan amortisasi, ditranslasikan dengan
kurs rata-rata masing-masing bulan operasi atau dengan basis rata-rata
tertimbang dari seluruh periode yang akan dilaporkan. Beban depresiasi dan
amortisasi ditranslasikan dengan memakai kurs historis yang berlaku pada saat
aset yang bersangkutan diperoleh.
Metodologi
ini, sayangnya, memiliki sejumlah kelemahan. Misalnya, metode ini kurang
memilik justifikasi konseptual. Definisi-definisi yang ada mengenai aktiva dan
kewajiban lancar dan non-lancar tidak menjelaskan mengapa cara klasifikasi
seperti itu menentukan kurs mana yang akan digunakan dalam proses transiasi.
Metode
moneter-nonmoneter. Seperti halnya metode berlaku-historis, metode
moniter-nonmoneter memakai pola klasifikasi neraca untuk menentukan kurs
translasi yang tepat.
Karena
item-item moneter diselesaikan dalam kas; pemakaian kurs berlaku untuk
mentranslasikan item-item valuta asing menghasilkan valuta domestik ekivalen
yang mencerminkan nilai realisasi atau nilai penyelesaiannya.
Metode
Temporal Menurut pendekatan temporal, translasi valuta merupakan suatu proses
konversi pengukuran (yaitu, penyajian ulang nilai tertentu). Karena itu, metode
ini tidak dapat digunakan untuk mengubah atribut suatu item yang sedang diukur;
metode ini hanya dapat mengubah unit pengukuran. Translasi saldo valuta asing,
misalnya, hanya mengubah (restate) denominasi persediaan. tidak penilaian
aktualnya. Dalam GAAP AS, aktiva kas diukur berdasarkan jumiah yang dimiliki
pada tanggal neraca. Piutang dan hutang dinyatakan dalam jumlah yang diharapkan
akan diterima atau dibayar pada saat jatuh tempo. Kewajiban dan aktiva lain
diukur pada harga yang berlaku ketika item¬item tersebut diperoleh atau terjadi
(harga historis). Meskipun begitu, beberapa diantaranya diukur berdasarkan
harga yang berlaku pada tanggal laporan keuangan (harga berjalan), seperti
persediaan dibawah aturan biaya atau pasar. Pendek kata, ada dimensi waktu yang
berkaitan dengan nilai-nilai uang ini.
Menurut
Lorensen, cara terbaik untuk mempertahankan basis-basis akuntansi yang
digunakan untuk mengukur item-item valuta asing adalah dengan mentranslasikan
jumlah uang luar negerinya dengan kurs yang berlaku pada tanggal pengukuran
uang luar negeri berlangsung. Prinsip temporal dengan demikian menyatakan bahwa
uang, piutang, dan hutang yang diukur pada jumlah yang dijanjikan seharusnya
ditranslasikan memakai kurs yang berlaku pada tanggal neraca. Aktiva dan
kewajiban yang diukur pada harga uang seharusnya ditranslasikan memakai kurs
yang berlaku pada tanggal yang berkenaan dengan harga uang tersebut.
Metode
translasi dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis metode yang menggunakan kurs
translasi tunggal untuk menyajikan ulang saldo dalam mata uang asing ke dalam
nilai ekuivalen dalam mata uang domestic atau metode yang menggunakan berbagai
macam kurs.
1.
Metode Kurs Tunggal
Metode
ini sudah lama popular di Eropa, menerapkan suatu kurs nilai tukar, yaitu kurs
terkini dan kurs penutupan, untuk seluruh aktiva dan kewajiban lancer. Pendapatan
dan beban dalam mata uang asing umumnya ditranslasikan dengan menggunakan kurs
nilai tukar yang berlaku pada saat pos-pos tersebut diakui. Namun demikian
untuk memudahkan pos-pos ini umumnya ditranslasikan dengan menggunakan
rata-rata tertimbang kurs nilai tukar yang tepat untuk periode tersebut.
Laporan keuangan sebuah operasi asing memiliki domisili pelaporannya sendiri,
lingkungan mata uang local di mana perusahaan afiliasi asing melakukan
usahanya. Suatu aktiva atau kewajiban dalam mata uang asing dikatakan
menghadapi resiko mata uang asing jika ekuivalen dalam mata uang digunakan
untuk mentranslasikan aktiva atau kewajiban tersebut.
2. Metode Kurs Berganda
Metode Kurs Berganda
menggabungkan kurs nilai tukar histories dan kurs nilai tukar kini dalam proses
translasi.
3. Metode Kini-Nonkini
Berdasarkan
Metode Kini-Non Kini, aktiva lancar dan kewajiban lancer anak perusahaan luar
negeri ditranslasikan ke dalam mata uang pelaporan induk perusahaannya
berdasarkan kurs kini. Aktiva dan kewajiban tidak lancer ditranslasikan
berdasarkan kurs histories. Pos-pos laporan laba rugi (kecuali beban depresiasi
dan amortisasi) ditranslasikan berdasarkan kurs rata-rata yang berlaku dalam
setiap bulan operasi atau berdasarkan rata-rata tertimbang selama keseluruhan
periode pelaporan. Beban depresiasi dan amortisasi ditranslasikan berdasarkan
kurs histories yang tercatat saaat aktiva tersebut diperoleh.
Namun
demikian, metode ini tidak mempertimbangkan unsur ekonomis. Menggunakan kurs
akhir tahun untuk mentranslasikan aktiva lancer secara tidak langsung
menunjukkan bahwa kas, piutang, dan persediaan dalam mata uang asing sama-sama
menghadapi resiko nilai tukar.
4. Metode Moneter-Nonmoneter
Metode
Moneter-Non Moneter juga menggunakan skema klasifikasi neraca unutk menentukan
kurs translasi yang tepat. Aktiva dan kewajiban moneter ditranslasikan
berdasarkan kurs kini. Pos-pos non moneter aktiva tetap, investasi jangka
panjang, dan persediaan investor ditranslasikan dengan menggunakan kurs
histories. Pos-pos laporan laba rugi ditranslasikan dengan menggunakan prosedur
yang sama dengan yang dijelaskan untuk konsep kini-non kini.
5. Metode Temporal
Dengan
menggunakan metode temporal, tranlasi mata uang merupakan proses konversi
pengukuran atau penyajian ulang nilai tertentu. Metode ini tidak mengubah
atribut suatu pos yang diukur, melainkan hanya mengubah unit pengukuran.
Translasi saldo-saldo dalam mata uang asing menyebabkan pengukuran ulang
denominasi pos-pos tersebut tetapi bukan penilaian sesungguhnya. Berdasarkan GAAP
AS, kas diukur berdasarkan jumlah yang dimiliki pada tanggal neraca. Piutang
dan utang dinyatakan sebesar jumlah yang diperkirakan akan diterima atau akan
dibayar pada saat jatuh temponya.
6. Evaluasi dan
pemilihan metode translasi mata uang asing
Berdasarkan
metode temporal, pos-pos moneter seperti kas, piutang, dan utang ditranslasikan
berdasarkan kurs kini. Pos-pos moneter ditranslasikan dengan kurs yang
mempertahankan dasar pengukuran pada awalnya. Secara khusus, aktiva yang
nilainya dalam laporan mata uang asing sebesar biaya histories, ditranslasikan
berdasarkan kurs histories. Mengapa demikian? Hal ini dikarenakan biaya
histories dalam mata uang asing yang ditranslasikan dengan kurs nilai tukar
histories menghasilkan biaya histories dalam mata uang domestik.
Keempat
metode yang dibahas pada satu waktu pernah digunakan di Amerika Serikat dan
dapat ditemukan hingga hari ini di berbagai Negara. Secara umum, metode ini
menimbulkan hasil translasi mata uang asing yang cukup berbeda. Ketiga metode
yang pertama (metode kurs kini, metode kini-non-kini, dan metode
moneter-non-moneter) digunakan dalam mengidentifikasikan aktiva dan kewajiban
manakah yang beresiko atau dapat dilindungi dari resiko mata uang asing.
Kemudian, metode translasi diterapkan secara konsisten dengan memperhatikan
perbedaan tersebut.
MANA YANG TERBAIK?
KURS KINI YANG TEPAT
Sejauh
ini istilah kurs nilai tukar yang digunakan dalam metode translasi mengacu pada
histories atau kurs kini. Kurs rata-rata sering digunakan dalam laporan laba
rugi untuk pos-pos beban. Beberapa Negara menggunakan kurs nilai tukar yang
berbeda untuk transaksi yang berbeda. Dalam situasi ini harus dipilih beberapa
kurs nilai tukar yang ada. Beberapa alternative yang disarankan adalah:
1. kurs pembayaran dividen
2. kurs pasar bebas, dan
3. kurs penalty atau preferensi yang dapat digunakan, seperti yang terkait dalam kegiatan ekspor impor.
2. kurs pasar bebas, dan
3. kurs penalty atau preferensi yang dapat digunakan, seperti yang terkait dalam kegiatan ekspor impor.
7. Hubungan
translasi mata uang asing dengan inflasi
Penggunaan kurs kini
untuk mentranslasikan biaya perolehan aktiva non-moneter yang berlokasi di
lingkungan berinflasi pada akhirnya akan menimbulkan nilai ekuivalen dalam mata
uang domestik yang jauh lebih rendah dari pada dasar pengukuran awalnya. Pada
saat yang bersamaan, laba yang ditranslasikan akan jauh lebih besar sehubungan dengan
beban depresisasi yang juga lebih rendah. Hasil translasi seperti itu dengan
mudah dapat lebih menyesatkan pembaca ketika memberikan informasi kepada
pembaca. Penilaian dolar yang lebih rendah biasanya merendahkan kekuatan laba
akutal dari aktiva luar negeri yang didukung oleh inflasi lokal dan rasio
pengembalian atas investasi yang terpengaruh inflasi di suatu operasi luar
negeri dapat menciptakan harapan yang palsu atas keuntungan masa depan.
FASB menolak
penyesuaian inflasi sebelum proses translasi, karena penyesuaian tersebut tidak
konsisten dengan kerangka dasar penilaian biaya historis yang digunakan dalam
laporan keuangan dasar di AS. Sebagai solusi FAS No 52 mewajibkan penggunaan
dolar AS sebagai mata uang fungsional untuk operasi luar negeri yang
berdomisili dilingkungan dengan hiperinflasi. Prosedur ini akan mempertahankan
nilai konstan ekuivalen dolar aktiva dalam mata uang asing, karena aktiva
tersebut akan ditranslasikan menurut kurs historis. Pembebanan kerugian
translasi atas aktiva tetap dalam mata uang asing terhadap ekuitas pemegang
saham akan menimbulkan pengaruh yang signifikan terhadap rasio keuangan.
Masalah translasi mata uang asing tidak dapat dipisahkan dari masalah akuntansi
untuk inflasi asing.
Langganan:
Postingan (Atom)