Jumat, 07 Juni 2013

JURNAL PENELITIAN AKUNTANSI

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN SEBAGAI SALAH SATU ALAT UKUR KINERJA KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC VALUE ADDED PADA PT. UNILEVER INDONESIA, TBK

ABSTRAK

EVA merupakan alat pengukuran kinerja perusahaan untuk menilai tingkat keberhasilan dari suatu kegiatan dari sisi kepentingan dan harapan penyandang dana (kreditur  dan pemegang saham). Perusahaan yang meraih laba secara akuntansi belum tentu memberikan keuntungan bagi pemiliknya atau para pemegang saham. Pengukur kinerja EVA muncul sebagai antisipasi kelemahan pengukur kinerja akuntansi tradisional yang hanya mendasarkan pada laba akuntansi (accounting income) dan tidak memasukkan biaya modal atas ekuitas. Pengukur kinerja EVA memasukkan unsur biaya hutang (cost of debt) dan biaya modal atas ekuitas (cost of equity) sehingga terfokus pada penciptaan keuntungan riil bagi pemegang saham. Tujuan dari penulisan ilmiah ini adalah untuk mengetahui kinerja perusahaan berdasarkan laporan keuangan pada PT. Unilever Indonesia, Tbk. Data yang digunakan dalam penulisan ilmiah ini adalah data laporan keuangan PT. Unilever Indonesia, Tbk  periode Tahun 2007-2011 yang telah dibuat oleh pihak manajemen perusahaan. Berdasarkan hasil perhitungan dan analisa terhadap data-data keuangan yang didapat dari PT. Unilever Indonesia, Tbk selama periode 2007-2011, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan perusahaan tersebut berdasarkan metode EVA selama 5 (lima) tahun terakhir cukup baik, dan perusahaan konsisten mampu menghasikan dan meningkatkan nilai tambah ekonomis setiap tahunnya. 

Kata Kunci : Analisis Laporan Keuangan Metode EVA

LATAR BELAKANG
Pada era globalisasi yang semakin berkembang  sekarang ini banyak tumbuh beragam perusahaan baru yang bergerak diberbagai macam sektor, yang mengakibatkan semakin ketatnya persaingan dalam dunia usaha. Manajemen perusahaan harus mampu bersaing dan menunjukkan kemampuan kinerja yang baik, agar dapat menarik para investor untuk menanamkan modalnya kepada perusahaan. Salah satu alat pengukur kinerja perusahaan adalah dengan menggunakan Economic Value Added (EVA).
Economic Value Added (EVA) adalah alat ukur prestasi keuangan berdasarkan nilai (value) untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan dengan memperhitungkan biaya modal atas ekuitas. Maka dalam penulisan ilmiah ini penulis mengambil judul: “ANALISIS LAPORAN KEUANGAN SEBAGAI SALAH SATU ALAT UKUR KINERJA KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC VALUE ADDED PADA PT. UNILEVER INDONESIA, TBK.”

TINJAUAN PUSTAKA
“Kinerja adalah hasil pemanfaatan secara baik atas sumber daya yang ada dan sekaligus mencerminkan seberapa jauh suatu keberhasilan tercapai”. Mankupawira (2002;226). Menurut Prabumankunegara, 2002 “Kinerja adalah hasil kerja secara kuantitas dan kualitas yang dicapai oleh seorang pegawai atau perusahaan dalam melaksanakan tugasnya sesuai tanggung jawab yang diberikan kepadanya”. Sedangkan menurut Whitmore, 2002 “Kinerja adalah pelaksanaan fungsi-fungsi yang dituntut dari seseorang, kinerja adalah suatu perbuatan, suatu prestasi, suatu pameran umum keterampilan”.
“Laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengkomunikasikan data keuangan atau aktivitas perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan”. Hery (2009;2). Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi antara lain, Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Perubahan Modal (Ekuitas), dan Laporan Arus Kas. Semua laporan tersebut bertujuan untuk memberikan informasi yang berkaitan dengan kinerja perusahaan kepada para pemegang saham (stakeholder).
Analisis laporan Keuangan adalah metode atau teknik analisis atas laporan keuangan yang berfungsi untuk mengkonversikan data yang berasal dari laporan keuangan sebagai bahan mentahnya menjadi informasi yang lebih berguna, lebih mendalam, dan lebih tajam dengan teknik tertentu.
“Pengertian EVA adalah suatu system manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan, yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta jika perusahan mampu memenuhi semua biaya operasi (operating cost) dan biaya modal (cost of capital).”  Tunggal (2001:1). Sedangkan menurut Young &O’Byrne, 2001 Pengertian EVA adalah tolak ukur kinerja keuangan dengan mengukur perbedaan antara pengembalian atas modal perusahaan dengan biaya modal”.
Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa EVA merupakan jumlah uang yang diciptakan oleh perusahaan dengan mengurangkan beban modal dari NOPAT yang menggambarkan pengembalian atas modal yang dikeluarkan untuk investasi oleh perusahaan.

METODE PENELITIAN
Konsep dalam penelitian ini adalah berkaitan dengan pengukuran kinerja keuangan dengan menggunakan metode Economic Value Added pada “PT. Unilever Indonesia).
Metode pengumpulan data dilakukan dengan penelitian arsip atau studi pustaka yang menggunakan data sekunder yang berkaitan dengan Economic Value Added (EVA). Pengumpulan data dilakukan dengan mengunduh atau mendownoad laporan keuangan PT. Unilever Indonesia, Tbk, beserta informasi lainnya yang dibutuhkan penulis yang diambil dari internet dari situs www.idx.co.id dan www.unilever.co.id .  

Alat Analisis yang Digunakan
Economic Value Added (EVA) atau nilai tambah ekonomis digunakan sebagai pengukur kinerja perusahaan. Kinerja merupakan indikator perusahaan yang dapat menilai baik atau buruknya keadaan sebuah perusahaan serta menilai prestasi yang telah dicapai suatu perusahaan.
Tolak ukur yang digunakan untuk menilai kinerja suatu perusahaan dengan metode EVA tentang ada atau tidaknya proses nilai tambah adalah sebagai berikut:
a.       Jika EVA > 0 atau positif, maka telah terjadi nilai tambah pada perusahaan yang dinilai dengan kata lain memiliki nilai ekonomis.
b.      Jika EVA < 0 atau negatif, maka tidak terjadi proses nilai tambah pada perusahaan atau dapat dikatakan bahwa semua laba digunakan untuk membayar kewajiban kepada kreditur dan pemegang saham.

PEMBAHASAN
NOPAT
NOPAT adalah sejumlah laba perusahaan yang akan dihasilkan jika perusahaan tersebut tidak memiliki utang dan tidak memiliki asset financial. NOPAT dapat diperoleh dengan menjumlahkan laba bersih setelah pajak dengan beban bunga.
           
       NOPAT = Laba bersih setelah pajak + beban bunga

Tahun 2007     = Rp 1.964.652 + Rp 0
                        = Rp 1.964.652
Tahun 2008     = Rp 2.407.231 + Rp 0
                        = Rp 2.407.231
Tahun 2009     = Rp 3.044.107 + Rp 9.658
                        = Rp 3.053.765
Tahun 2010     = Rp 3.386.970 + Rp 29.927
                        = Rp 3.416.897
Tahun 2011     = Rp 4.163.369 + Rp 26.500
                        = Rp 4.189.869

WCR (Working Capital Requirement)
WCR (Working Capital Requirement) merupakan selisih antara current assets dan current liabilities, selisih ini bisa positif ataupun negative. WCR (Working Capital Requirement) diperoleh dengan cara piutang usaha ditambah dengan piutang lain-lain ditambah dengan persediaan dikurangi dengan hutang jangka pendek.
           
WCR   =  (Piutang usaha + piutang lain-lain + persediaan)  – hutang     jangka    Pendek

Tahun 2007 =  (Rp 733.359 + Rp 37.815 + Rp 857.463) – Rp 2.428.128
                   =   Rp -799.491
Tahun 2008 =  (Rp 955.775 + Rp 38.148 + Rp 1.284.659) – Rp 3.091.111
                  = Rp -812.529
Tahun 2009 =  (Rp 1.257.921 + Rp 90.252 + Rp 1.340.036) – Rp 3.589.188
                  = Rp -900.979
Tahun 2010 =  (Rp 1.567.538 + Rp 185.095 + Rp 1.574.060) – Rp 4.402.940
                  =    Rp -1.076.247
Tahun 2011 =  (Rp 2.076.083 + Rp 112.197 + Rp 1.812.821) – Rp 6.474.594
                  = Rp -2.473.493

Invested Capital
Invested Capital merupakan jumlah modal perusahaan yang dilakukan untuk investasi, dimana sumber dana dari investasi berasal dari hutang jangka panjang dan ekuitas. Invested Capital diperoleh dari penjumlahan kas, WCR, dan aktiva tetap setelah dikurangi akumulasi penyusutan.

Invested Capital = Kas + WCR + aktiva tetap setelah dikurangi akumulasi  Penyusutan

Tahun 2007  = Rp 884.910 - Rp 799.491 + Rp 2.199.810
                     = Rp 2.285.229
Tahun 2008  = Rp 722.347 - Rp 812.529 + Rp 2.559.875
                     = Rp 2.469.693
Tahun 2009 = Rp 858.322 - Rp 900.979 + Rp 3.035.915
                    = Rp 2.993.258
Tahun 2010 = Rp 317.759 - Rp 1.076.247 + Rp 4.148.778
                    = Rp 3.390.290
Tahun 2011 = Rp 336.143 - Rp 2.473.493 + Rp 5.314.311
                   = Rp 3.176.961

WACC (Weight Average Cost Capital)
WACC (Weight Average Cost Capital) adalah biaya ekuitas dan biaya hutang masing-masing dikalikan dengan persentase ekuitas dan hutang dalam struktur modal perusahaan
.
RUMUS :       WACC            = {Dx rd(1-tax)} + (E x r E)

D         = Tingkat Modal Dari Hutang
rd          = Biaya Hutang
E          = Tingkat Modal Dari Ekuitas
r E           = Biaya Ekuitas
tax       = persentase pajak

Tahun 2007                 = {49.49% x 0%(1-30.46%)} + (50.51% x 0.39%)   
                                    = 0.20 %
Tahun 2008                 = {52.24% x 0%(1-30.06%) + (47.76% x 0.32%)
                                    = 0.15 %
Tahun 2009                 = {50.45% x 0.26%(1-28.37%) + (49.55% x 0.25%)
                                    = 0.22 %
Tahun 2010                 = {53.47% x 0.64%(1-25.43%) + (46.53% x 0.23%)
                                    = 0.36 %
Tahun 2011                 = {64.88% X 0.39%(1-25.30%) + (35.12% X 0.18%)
                                    = 0.25 %

Capital Charges
            Capital Charges menunjukkan seberapa besar modal yang telah disuntikkan kreditur dan pemegang saham.

            Capital Charges : WACC x Invested Capital

Tahun 2007                 = 0.20% x 2.285.229
                                    = Rp 4.570,458
Tahun 2008                 = 0.15% x 2.469.693
                                    = Rp 3.704,5395
Tahun 2009                 = 0.22% x 2.993.258
                                    = Rp 6.585,1676
Tahun 2010                 = 0.36% x 3.390.290
                                    = Rp 12.205,044
Tahun 2011                 = 0.25% x 3.176.961
                                    = Rp 7.942,4025


EVA (Economic Value Added)
EVA (Economic Value Added) merupakan jumlah uang yang diciptakan perusahaan dengan mengurangkan beban modal dari NOPAT yang menggambarkan pengembalian atas modal yang dikeluarkan untuk modal investasi perusahaan.

RUMUS :       EVA    = NOPAT – Capital Charges

Tahun 2007                 = Rp 1.964.652 – Rp 4.570,458
                                    = Rp 1.960.081,542
Tahun 2008                 = Rp 2.407.231 – Rp 3.704,5395
                                    = Rp 2.403.526,461
Tahun 2009                 = Rp  3.053.765– Rp 6.585,1676
                                    = Rp 3.047.179,832
Tahun 2010                 = Rp  3.416.897 – Rp 12.205,044
                                    = Rp 3.404.691,956
Tahun 2011                 = Rp 4.189.869 – Rp 7.942,4025
                                    = Rp 4.181.962,598

PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis selama periode 2007-2011 dengan menggunakan metode EVA pada PT. Unilever Indonesia, Tbk, bahwa perusahaan telah menciptakan nilai EVA yang positif yang artinya perusahaan menghasilkan nilai tambah ekonomis, selain menambah keuntungan perusahaan juga memberikan profit bagi para pemegang saham dan laba yang di dapat sudah memenuhi harapan penyandang dana baik kreditur maupun pemegang saham. Berdasarkan hal ini manajemen perusahaan dapat meyakinkan para investor untuk menanamkan modalnya di perusahaan tersebut pada periode selanjutnya.

Saran
Agar kinerja perusahaan dapat dikatakan baik, maka perusahaan tersebut harus dapat meningkatkan nilai EVA tiap tahunnya. Hal ini dapat tercapai apabila perusahaan dapat meningkatkan nilai NOPAT dan menurunkan nilai Capital Charges

DAFTAR PUSTAKA

Baridwan, Zaki. 2004. Intermediate Accounting. Yogyakarta: BPFE- Yogyakarta.

Hery. 2009. Akuntansi Keuangan Menengah 1. Jakarta: Bumi Aksara.

Sadeli, Lili M. 2009. Dasar-Dasar Akuntansi. Jakarta: Bumi Aksara.

Tunggal, Amin Widjaja. 2008. Memahami Economic Value Added (EVA). Jakarta: Harvarindo.

Tunggal, Amin Widjaja. 2008. Pengantar Konsep EVA dan VBM. Jakarta: Harvindo.

Wibowo, Luki Bani. 2005. Pengaruh Economic Value Added dan Profitabilitas Perusahaan Terhadap Return Pemegang Saham. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.

Young, S. David dan O’ Byrne Stephen. 2001. EVA dan Manajemen Berdasarkan Nilai Panduan Praktis untuk Implementasi. Jakarta: Salemba Empat.


Kamis, 06 Juni 2013

BAB IX ANALISIS LAPORAN KEUANGAN INTERNASIONAL

1.      KESULITAN-KESULITAN ANALISIS STRATEGI BISNIS INTERNASIONAL DENGAN STRATEGI DASAR UNTUK PENGUMPULAN INFORMASI
Ø  Analisis Strategi Bisnis Internasional
Analisis dan penilaian keuangan internasional ditandai dengan banyaknya kontradiksi. Disatu sisi, begitu cepatnya proses harmonisasi standar akuntansi telah mengarah pada semakin meningkatnya daya banding informasi keuangan di seluruh dunia.
Analisis strategi bisnis merupakan langkah penting pertama dalam analisis laporan keuangan. Analisis ini memberikan pemahaman kualitatif atas perusahaan dan para pesaingnya terkait dengan lingkungan ekonominya. Dengan mengidentifikasi faktor pendorong laba dan resiko usaha yang utama, analisis strategi bisnis atau usaha akan membantu para analis untuk membuat peramalan yang realistis.
Kesulitan-kesulitan analisis strategi bisnis internasional:
a. Ketersediaan informasi
Analisis strategi usaha sulit dilakukan khususnya di beberapa Negara karena kurang andalnya informasi mengenai perkembangan makro ekonomi. Memperoleh informasi mengenai industry juga sukar dilakukan di banyak Negara dan jumlah serta kualitas informasi perusahaan sangat berbeda-beda. Ketersediaan informasi khusus mengenai perusahaan sangat rendah di Negara berkembang. Akhir-akhir ini banyak perusahaan besar yang melakukan pencatatan dan memperoleh modal di pasar luar negeri telah memperluas pengungkapan mereka dan secara suka rela beralih ke prinsip akuntansi yang diakui secara global seperti standar pelaporan keuangan internasional.
b. Rekomendasi untuk melakukan analisis
Keterbatasan data membuat upaya untuk melakukan analisis strategi usaha dengan menggunakan metode riset tradisional menjadi sukar dilakukan. Seringkali sering dilakukan perjalanan untuk mempelajari iklim bisnis setempat dan bagaimanan industry dan perusahaan sesungguhnya beroperasi, khususnya di Negara-negara pasar berkembang.

2.      LANGKAH-LANGKAH ANALISIS AKUNTANSI
Tujuan analisis akuntansi adalah untuk menganalisis sejauh mana hasil yang dilaporkan perusahaan mencerminkan realitas ekonomi. Para analis perlu untuk mengevaluasi kebujakan dan estimasi akuntansi, serta menganalisis sifat dan ruang lungkup fleksibilitas akuntansi suatu perusahaan. Para manajer perusahaan diperbolehkan untuk membuat banyak pertimbangan yang terkait dengan akuntansi, karena merekalah yang tahu lebih banyak mengenai kondisi operasi dan keuangan perusahaan mereka. Laba yang dilaporkan seringkali digunakan sebagai dasar evaluasi kinerja manajemen mereka.
Langkah-langah dalam melakukan evalusai kualitas akuntansi suatu perusahaan:
a. Identifikasikan kebijakan akuntansi utama
b. Analisis fleksibilitas akuntansi
c. Evaluasi strategi akuntansi
d. Evaluasi kualitas pengungkapan
e. Indentifikasikan potensi terjadinya masalah
f. Buatlah penyesuaian atas distorsi akuntansi.

3.      PENGARUH ANALISIS AKUNTANSI TERHADAP AKUNTANSI ANTAR NEGARA DAN KESULITANNYA DALAM MEMPEROLEH INFORMASI YANG DIPERLUKAN
Analisis keuangan mencakup berbagai wilayah yuridiksi. Sebagai contoh, seorang analis mungkin beberapa kali melakukan studi terhadap sebuah perusahaan yang berada di luar Negara asalnya atau membandingkan perusahaan yang berasal dari dua Negara atau lebih. Sejumlah Negara yang memilki perbedaan yang sangat besar dalam praktik akuntansi, kualitas pengungkapan, system hukum dan undang undang, sifat dan ruang lingkup resiko usaha, dan cara untuk menjalankan usaha. 
Perbedaan ini berarti alat analisis yang sangat efektif di satu wilayah menjadi kurang efektif di wilayah lain. Para analis juga sering menghadapi tantangan besar untuk memperoleh informasi yang kredibel. Di kebanyakan Negara pasar yang berkembang, para analis keuangan sering memiliki tingkat keyakinan atau keandalan yang terbatas.

4.      MEKANISME UNTUK MENGATASI PERBEDAAN PRINSIP AKUNTANSI ANTAR NEGARA
Dalam mengatasi perbedaan prinsip Akuntansi Antar Negara dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan seperti:
a. Beberapa analis menyajikan ulang ukuran akuntansi asing menurut sekelompok prinsip yang diakui secara internasional, atau sesuai dengan dasar lain yang lebih umum.
b. Beberapa yang Lain mengembangkan pemahaman yang lengkap atas praktik akuntansi di sekelompok negara tertentu dan membatasi analisis mereka terhadap perusahaan perusahaan yang berlokasi di Negara Negara tersebut.


4. Kesulitan Memperoleh Informasi Akuntansi Internasional

Dalam memperoleh data Akuntansi Internasional terdapat beberapa kesulitan, antara lain:
a. Penyesuaian depresiasi Beban depresiasi akan mempengaruhi keuntungan, maka perlu diperhatikan umur dari fungsi aktiva yang harus diputuskan manajemen.
b. Penyesuaian persediaan LIFO ke FIFO Persediaan harus dikonversikan dalam metode FIFO
c. Cadangan Cadangan adalah kemampuan perusahaan untuk membayar atau menutup pengeluaran untuk menghapus beban.
d. Reformulasi Laporan Keuangan Penyesuaian dari beberapa perubahan setelah adanya beberapa perhitungan pada point-point tsb di atas.

5.      KESULITAN DAN KELEMAHAN DALAM ANALISIS LAPORAN KEUANGAN INTERNASIONAL
Ø  Akses Informasi
Informasi mengenai ribuan perusahaan dari seluruh dunia telah tersedia secara lugas dalam beberapa tahun terakhir. Sumber informasi dalam jumlah yang tak terhitung banyaknya muncul melalui World Wide Web. Perusahaan di seluruh dunia saat ini memiliki sites Web dan laporan tahunannya tersedia secara cuma-cuma dari berbagai sumber interact dan lainnya.
Sumber informasi lain yang juga berharga adalah (1) publikasi pemerintah, (2) organisasi riset ekonomi, (3) organisasi internasional seperti Perserikatan Bangsa-bangsa, (4) organisasi akuntansi, audit, dan pasar surat berharga.
Ø  Ketepatan Waktu Informasi
Ketepatan waktu laporan keuangan, laporan tahunan, laporan kepada pihak regulator, dan siaran pers yang menyangkut laporan akuntansi berbeda-beda di tiap negara.
Perbedaan dalam ketepatan waktu informasi akuntansi menambah beban para pem¬baca laporan keuangan perusahaan asing. Beban ini semakin besar untuk perusahaan-pe¬rusahaan yang memiliki lingkungan yang senantiasa berubah-ubah. Agar penilaian yang dilakukan dapat bermakna, diperlukan penyesuaian terus-menerus atas jumlah yang di-laporkan, dengan menggunakan alat yang konvensional ataupun tidak konvensional.
Ø  Pertimbangan Mata Uang Asing
Akun-akun yang berdenominasi dalam mata uang asing membuat para analis menghadapi dua jenis permasalahan yaitu :
1. Berkaitan dengan kemudahan pembaca
2. Menyangkut isi informasi.
Sebagian besar perusahaan di seluruh dunia menetapkan denominasi akun-akun keuangannya dalam mata uang domisili nasional mereka. Bagi seorang pembaca dari AS yang terbiasa dengan dolar, analisis akun-akun yang dinyatakan dalam euro dapat menimbulkan kebingungan. Jawaban yang umum untuk mengatasinya adalah dengan mentranslasikan saldo-saldo dalam mata uang asing ke dalam mata uang domestik.
Apabila laporan yang telah ditranslasikan memberikan kemudahan bagi para pembaca dalam melihat akun-akun mata uang asing dalam suatu mata uang yang telah dikenal umum, maka dapat timbul gambaran yang sebenarnya mengalami distorsi. Secara khusus, perubahan kurs valuta asing dan prosedur akuntansi secara bersamaan sering kali menghasilkan nilai ekuivalen dalam mata uang domestik yang bertentangan dengan peristiwa yang mendasarinya.

6.      PENGGUNAAN WEBSITE UNTUK MEMPEROLEH INFORMASI PENELITIAN PERUSAHAAN
a.       Mayoritas perusahaan memiliki Web site tersendiri dan mayoritas memanfaatkan homepage mereka untuk menginformasikan informasi keuangan terutama laporan keuangan pokok yaitu neraca dan laba rugi. Tidak banyak, kurang dari 40% perusahaan yang memberikan informasi keuangan tambahan (catatan atas laporan keuangan, pendapat auditor dan analisis manajemen).
b.      Mayoritas perusahaan hanya memberikan duplikasi informasi atau sebagian dari informasi hard copy laporan historis yang diubah dalam bentuk hypertext atau format pdf. 
c.       Tidak banyak perusahaan yang benar-benar memanfaatkan fitur-fitur Internet secara optimal. Hal ini terbukti, kurang dari 10% dari perusahaan sampel yang menyampaikan informasi mengenai pergerakan saham. Disamping itu, meskipun mayoritas home page menampilkan press release, tetapi kurang dari 35% yang melakukan update atas informasi yang ditampilkan. 
d.      Mayoritas perusahaan telah menggunakan teknologi yang cukup maju. Hal ini dibuktikan dengan kecepatan menampilkan informasi (94%), penggunaan aplikasi JAVA untuk mempercantik tampilan, penggunaan hyperlinks dan external links dalam home pagenya. Disamping itu, mayoritas tampilan (interface) dari perusahaan sampel sudah terstruktur dengan baik.

Sumber :
1.      AICPA, 1994 ‘Improving Business Reporting – A Customer Focus’ New York: Report of the AICPA Special Committee on Financial Reporting
2.      Baldwin, A.A. & Williams, S.L.M., 1999 ‘The Future of Intelligent Internet Agents in European Financial Reporting’ The European Accounting Review, Vol. 8, Iss. 2, pp. 303 – 319
3.      Choi, F.D.S., Frost, C.A., & Meck, G.K. 2002 ‘International Accounting’, 4th Ed., Pearson Education Ltd.
4.      Choi, Frederick D.S., and Gerhard D. Mueller, 2005., Akuntansi Internasional – Buku 1, Edisi 5., Salemba Empat, Jakarta.
5.      Choi, Frederick D.S., and Gerhard D. Mueller, 2005., Akuntansi Internasional – Buku 2, Edisi 5., Salemba Empat, Jakarta. 

6.      Pirchegger, B. & Wagenhofer, A., 1999 ‘Financial Information on The Internet: A Survey of The Homepages of Austrian Companies’ The European Accounting Review, Vol. 8, Iss. 2, pp. 383 - 395

BAB VIII HARMONISASI AKUNTANSI INTERNASIONAL

1.      PERBEDAAN HARMONISASI DAN STANDARISASI YANG BERLAKU DALAM STANDAR AKUNTANSI
Harmonisasi merupakan proses untuk meningkatkan kompatibilitas (kesesuaian) praktek akuntansi dengan menentukan batasan – batasan seberapa besar praktek – praktek tersebut dapat beragam. Standar harmonisasi ini bebas dari konflik logika dan dapat meningkatkan komparatibilitas (daya banding) informasi keuangan yang berasal dari berbagai Negara.
Istilah harmonisasi dan standardisasi berbeda, standardisasi berarti penetapan sekelompok aturan yang kaku dan sempit dan bahkan mungkin penerapan satu standar atau aturan tunggal dalam segala situasi. Penerapan standar internasional di dalam akuntansi bersifat sukarela dan tergantung, untuk diterima, pada niat baik dari mereka yang menggunakan standar akuntansi. Situasi termudah akan muncul ketika suatu standar internasional hanya merupakan tiruan dari standar nasional. Ketika standar nasional dan internasional berbeda satu sama lain praktek yang ada dewasa ini adalah mengunggulkan standar nasional.
Sedangkan untuk harmonisasi jauh lebih fleksibel (luwes) dan terbuka, sehingga tidak menggunakan pendekatan satu ukuran untuk semua, tetapi mengakomodasi beberapa perbedaan dan telah mengalami kemajuan yang besar secara internasional dalam beberapa tahun terakhir. Jadi istilah harmonisasi sebagai kebalikan dari standardisasi memilki arti sebuah rekonsiliasi atas berbagai sudut pandang yang berbeda. Istilah ini lebih bersifat sebagai pendekatan praktis dan mendamaikan daripada standardisasi, terutama jika standardisasi berarti prosedur-prosedur yang dimiliki oleh satu negara hendaknya diterapkan oleh semua negara yang lain. Harmonisasi menjadi suatu bagian yang penting untuk menghasilkan komunikasi yang lebih baik atas suatu informasi agar dapat diartikan dan dipahami secara internasional.

2.      PRO DAN KONTRA HARMONISASI STANDARISASI INTERNASIONAL
Keuntungan harmonisasi akuntansi internasional:
Ø  Pasar modal menjadi global dan modal investasi dapat bergerak di seluruh dunia tanpa hambatan berarti. Standar pelaporan keuangan berkualitas tinggi yang digunakan secara konsisten di seluruh dunia akan memperbaiki efisiensi alokasi modal.
Ø  Investor dapat membuat keputusan investasi yang lebih baik, portfolio akan lebih beragam dan risiko keuangan berkurang.
Ø  Perusahaan-perusahaan dapat memperbaiki proses pengambilan keputusan strategi dalam bidang merger dan akuisisi.
Ø  Gagasan terbaik yang timbul dari aktivitas pembuatan standar dapat disebarkan dalam mengembangkan standar global yang berkualitas tertinggi.
Kritik atas standar internasional:
Internasionalisasi standar akuntansi juga menuai kritik. Pada awal tahun 1971 (sebelum pembentukan IASC), beberapa pihak mengatakan bahwa penentuan standar internasional merupakan solusi yang terlalu sederhana atas masalah yang rumit. Dinyatakan pula bahwa akuntansi, sebagai ilmu sosial, telah memiliki fleksibilitas yang terbangun dengan sendiri di dalamnya dan kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan situasi yang sangat berbeda merupakan salah satu nilai terpenting yang dimilikinya.
Lebih jauh lagi, ditakutkan bahwa adopsi standar internasional akan menimbulkan “standar yang berlebihan”. Perusahaan harus merespons terhadap susunan tekanan nasional, social, politik, dan ekonomi yang semakin meningkat dan semakin dibuat untuk memenuhi ketentuan internasional tambahan yang rumit dan berbiaya besar. Argumen terkait adalah perhatian politik nasional sering kali berpengaruh terhadap standar akuntansi dan bahwa pengaruh politik internasional tidak terhindari lagi akan menyebabkan kompromi standar akuntansi.

3.      ARTI REKONSILIASI DAN PENGAKUAN BERSAMA (TIMBAL BALIK) TERHADAP PERBEDAAN STANDAR AKUNTANSI
Dua pendekatan lain yang diajukan sebagai solusi yang mungkin digunakan untuk mengatasi permasalahan yang terkait dengan isi laporan keuangan lintas batas :
Ø  Rekonsiliasi.
Melalui rekonsiliasi, perusahaan asing dapat menyusun laporan keuangan dengan menggunakan standar akuntansi negara asal, tetapi harus menyediakanrekonsiliasi antara ukuran-ukuran akuntansi yang penting (seperti laba bersih dan ekuitaspemegang saham) di negara asal dan di negara dimana laporan keuangan dilaporkan.Sebagai contoh, Komisi Pasar Modal AS (SEC).
Rekonsiliasi berbiaya rendah bila dibandingkan dengan penyusunan laporan keuangan lengkap berdasarkan prinsip akuntansi yang berbeda. Namun demikian rekonsiliasi hanya menyajikan ringkasan dan bukan gambaran perusahaan yang utuh.
Ø  Pengakuan bersama / timbal balik / resiprositas
Pengakuan bersama terjadi apabila pihak regulator di luar negeri asal menerima laporan keuangan perusahaan asing yang didasarkan pada prinsip-prinsip Negara asal. Resiprositas tidak meningkatkan perbandingan laporan keuangan lintas Negara dan dapat menimbulkan “lahan bermain yang tidak seimbang” yang mana memungkinkan perusahan-perusahaan asing menerapkan standar yang tidak terlalu ketat bila dibandingkan dengan yang diterapkan terhadap perusahaan domestic. 
Sebagai contoh, Bursa Efek London menerima laporan keuangan berdasarkan GAAP AS untuk pelaporan yang dibuat oleh perusahaan-perusahaan asing. Sejalan dengan perdagangan modal maka hermonisasi menjadi penting terhadap masalah-masalah yang terkait dengan isi dengan isi laporan keuangan lintas Negara. Pendekatan dilakukan dengan cara rekonsiliasi, dan pengakuan bersama. Dengan penyeragaman laporan keuangan yang lengkap berdasarkan prinsip yang berbeda.
4.      ORGANISASI YANG MEMPROMOSIKAN HARMONISASI DAN MEMILIKI PERAN PENTING DALAM PENETAPAN STANDAR AKUNTANSI INTERNASIONAL

Organisasi Internasional Pendorong Harmonisasi Akuntansi
1.       International Accounting Standard Board (IASB).
2.       Komisi Uni Eropa (EU).
3.       Organisasi International Komisi Pasar Modal (IOSCO).
4.       International Federation of Accountant (IFAC).
5.       Kelompok kerja ahli pemerintah PBB dalam ISAR dan UNTACD.
6.       Kelompok kerja dalam OECD.

Sebagai tanggapan  atas kebutuhan harmonisasi standar akuntansi, berbagai upaya telah dilakukan oleh negara kapitalis. Salah satunya adalah dengan dengan mendirikan International Accounting Standard Committee(IASC) pada tahun 1973, yang sekarang berubah nama menjadi International Accounting Standard Board (IASB). Jumlah keanggotaan IASC sampai sekarang meliputi lebih dari 150 organisasi profesi akuntansi yang berasal dari negara maju dan berkembang, termasuk Indonesia. Tujuan IASC adalah
(1) merumuskan dan menerbitkan standar akuntansi sehubungan dengan
pelaporan keuangan dan mempromosikannya untuk bisa diterima secara luas di
seluruh dunia, serta
(2) bekerja untuk pengembangan dan harmonisasi standar dan
prosedur akuntansi sehubungan dengan pelaporan keuangan.
Sampai sekarang IASB telah mengeluarkan lebih dari 50 standar akuntansi. Meskipun IASB berhak untuk menetapkan dan mengeluarkan standar akuntansi, badan tersebut tidak memiliki kekuatan hukum untuk memaksakan penerapan standar akuntansi yang dihasilkan. IASC memiliki kelompok konsultatif yang disebut IASC Consultative Group yang terdiri dari pihak-pihak yang mewakili para pengguna laporan keuangan, pembuat laporan keuangan, lembaga-lembaga pembuat standar, dan pengamat dari organisasi antar-pemerintah. Kelompok ini bertemu secara teratur untuk membicarakan kebijakan, prinsip dan hal-hal yang berkaitan dengan peranan IASC.
Pembentukan IASC merupakan salah satu usaha harmonisasi standar
akuntansi yaitu untuk membuat perbedaan-perbedaan antar standar akuntansi di
berbagai negara menjadi semakin kecil. Harmonisasi ini tidak harus menghilangkan
standar akuntansi yang berlaku di setiap negara dan juga tidak menutup
kemungkinan bahwa standar akuntansi internasional yang disusun oleh IASC
diadopsi menjadi standar akuntansi nasional suatu negara.
Konvergensi IFRS
Dunia akuntansi saat ini masih disibukkan dengan adanya standar akuntansi yang baru yaitu Standar Akuntansi Keuangan Internasional IFRS. Hampir semua negara di dunia beralih ke standar tersebut, termasuk Indonesia . Isu hangat tentang harmonisasi standar akuntansi international berhubungan dengan globalisasi dalam dunia bisnis yang terjadi saat ini. Globalisasi bisnis tampak dari kegiatan perdagangan antar negara yang mengakibatkan munculnya perusahaan multi nasional. Hal ini mengakibatkan pula timbulnya kebutuhan harmonisasi akan suatu standar akuntansi yang berlaku secara luas di seluruh dunia. IASC ( International Accounting Standard Commite) sebagi lembaga yang bertujuan merumuskan dan menerbitkan standar akuntansi sehubungan dengan pelaporan keuangan dan mempromosikan untuk bisa diterima secara luas di seluruh dunia, serta bekerja untuk pengembangan dan harmonisasi standard dan prosedur akuntansi sehubungan dengan pelaporan keuangan.
International Accounting Standards, yang lebih dikenal sebagai International Financial Reporting Standards(IFRS), merupakan standar tunggal pelaporan akuntansi yang memberikan penekanan pada penilaian (revaluation) profesional dengan disclosures yang jelas dan transparan mengenai substansi ekonomis transaksi, penjelasan hingga mencapai kesimpulan tertentu. Standar ini muncul akibat tuntutan globalisasi yang mengharuskan para pelaku bisnis di suatu Negara ikut serta dalam bisnis lintas negara. Untuk itu diperlukan suatu standar internasional yang berlaku sama di semua Negara untuk memudahkan proses rekonsiliasi bisnis. Perbedaan utama standar internasional ini dengan standar yang berlaku di Indonesia terletak pada penerapan revaluation model, yaitu kemungkinkan penilaian aktiva menggunakan nilai wajar, sehingga laporan keuangan disajikan dengan basis ‘true and fair‘.
Tujuan IFRS adalah memastikan bahwa laporan keuangan dan laporan keuangan interim perusahaan untuk periode-periode yang dimaksud dalam laporan keuangan tahunan, mengandung informasi berkualitas tinggi yang:
  1. Transparan bagi para pengguna dan dapat dibandingkan sepanjang periode yang disajikan.
  2. Menyediakan titik awal yang memadai untuk akuntansi yang berdasarkan pada IFRS.
  3. Dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk para pengguna.

5.      PENDEKATAN BARU UNI EROPA DAN KAITANNYA DENGAN INTEGRASI PASAR KALANGAN EROPA
Komisi mengumumkan bahwa EU perlu untuk bergerak secara tepat dengan maksud untuk memberikan sinyal yang jelas bahwa perusahaan yang sedang berupaya untuk melakukan pencatatan di Amerika Serikat dan pasar-pasar dunia lainnya akan tetap dapat bertahan dalam kerangka dasar akuntansi EU. EC juga menekankan agar EU memperkuat komitmennya terhadap proses penentuan standar internasional, yang menawarkan solusi paling efisien dan cepat untuk masalah-masalah yang dihadapi perusahaan yang beroperasi dalam skala internasional.
Pada tahun 2000, EC mengadopsi strategi pelaporan keuangan yang baru. Hal yang menarik dari strategi ini adalah usulan aturan bahwa seluruh perusahaan EU yang tercatat dalam pasar teregulasi, termasuk bank, perusahaan asuransi dan SME (perusahaan berukuran kecil dan menengah), menyusun akun-akun konsolidais sesuai dengan IFRS.

DAFTAR PUSTAKA
Meek, Gary. and Saudagaran S. (1990). A Survey of Research on Financial Reporting in a
Transnational Context. Journal of Accounting Literature, 9, pp. 145-182.
Alhashim, D.D. (1982). International Dimensions in Accounting and Implications for
Developing Nations. Management International Review ($th Quarter), pp. 4-11.
Choi, Frederick D.S., and Gerhard D. Mueller, 2005., Akuntansi Internasional – Buku 1, Edisi 5., Salemba Empat, Jakarta.

Choi, Frederick D.S., and Gerhard D. Mueller, 2005., Akuntansi Internasional – Buku 2, Edisi 5., Salemba Empat, Jakarta.